PLTA Kayan Siap Dibangun, Tinggal Tunggu Pengerukan Sungai

Dalam rangka pembangunan PLTA Kayan, mobilisasi alat akan dilakukan dari darat dan dari sungai. Namun saat ini, PT KHE Tanjung Selor masih tunggu pengerukan.

Tahun ini, PLTA Kayan rencananya akan mulai dibangun. Diperkirakan di akhir tahun 2019 prosesnya sudah bisa dilaksanakan. PLTA Kayan digadang bakal jadi PLTA terbesar yang dimiliki Kalimantan Utara, bahkan Indonesia. Sebagai provinsi termuda di Indonesia, adanya PLTA diharapkan mampu memajukan Kaltara.

Seperti yang dilansir dari korankaltara.com, saat ini sedang dilakukan pengerukan sungai. Pengerukan memang diperlukan karena adanya pendangkalan di beberapa titik. Sungai tersebut akan digunakan sebagai akses mobilisasi alat menuju titik pembangunan PLTA.

Izin terkait pembangunan PLTA Kayan tidak akan dihambat

Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Irianto Lambrie mengungkapkan, untuk mempercepat pembangunannya, izin terkait PLTA tidak akan diperlambat. Terutama izin di tingkat daerah, baik kabupaten maupun provinsi. Termasuk juga izin pengerukan maupun izin galian C yang saat ini masih berproses di instansi terkait.

Pengangkutan alat pembangunan PLTA Kayan akan gunakan kapal Tongkang (pinterest.com)

“Yang penting perizinan di kita tidak lambat. Makanya mereka (investor) minta izin apa saja, saya suruh cepat. Apalagi hanya rekomendasi. Tapi harus mereka jamin mereka harus mulai bergerak,” ungkap Irianto Lambrie yang dikutip melalui korankaltara.com (13/09).

PT Kayan Hydro Energy (KHE) selaku investor dikabarkan sedang berada di China. KHE sedang melakukan pemuatan material untuk pra konstruksi PLTA itu ke kapal. Karena pemuatan telah dilakukan, diperkirakan sebentar lagi bisa sampai di Indonesia.

Nantinya, kapal yang memuat material tersebut akan berhenti di Kota Tarakan. Namun untuk mobilisasi alat ke tempat pembangunan via sungai belum bisa dilakukan. Karena pemuatan material menggunakan ponton atau tongkang berukuran besar. Agar pembangunan bisa segera dimulai, pengerukan sungai harus segera dilakukan.

Kepala Cabang PT KHE Tanjung Selor, Roni, juga sempat menyinggung mobilitas alat. Ia mengatakan, untuk memobilisasi alat ke lokasi kontruksi PLTA di Kecamatan Peso, memang harus melalui akses sungai. Namun saat ini, mobilisasi alat yang bisa dilakukan melalui darat sudah dilakukan.

“Sebelum izin itu terbit, kami juga sudah mobilisasi lewat darat sampai lokasi sambil prepare persiapan kontsruksi. Jadi sebelum izin galian selesai, kita juga sudah mobilisasi tapi sisi darat, dengan numpang jalan punya logging atau jalan kayu sampai ke lokasi konstruksi. Ada yang tembus dari Bhayangkara. Tapi pengerukan tetap, karena semua peralatan atau material dari luar aksesnya lewat sungai. Apalagi peralatan cukup besar-bedar, jalannya masih belum (memadai),” ungkap Roni, (13/09).

Pengerukan perlu dilakukan di beberapa blok, khususnya beberapa titik yang ada di antara Bhayangkara menuju Peso. Sesuai dengan kajian yang telah dilakukan, KHE telah membagi sejumlah blok yang dinilai dangkal.

“Yang mau dikeruk kalau bikin blok, ada 6 blok. Dari titik Bhayangkara ada beberapa titik sampai titik Pangean itu mau dilakukan pendalaman. Panjangnya spot-spot persisnya saya kurang paham. Intinya tiap spot yang ada pendangkalan, itu yang kita dalamin semua,” ungkap Roni menjelaskan pengerukan di kawasan sungai PLTA Kayan.