Warga Minta Bandara Buleleng Bali Utara Segera Terealisasi

Bandara Buleleng Bali Utara menjadi salah satu program pembangunan di Bali yang diproyeksikan bisa menjadi salah satu penanganan kemiskinan di Bali khususnya di Bali Utara.

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi perhatian pemerintah, khususnya di Buleleng, wilayah Bali Utara. Kemiskinan di Bali terus meningkat pada tahun 2017, BPD Provinsi Bali mencatat penduduk miskin di Bali Sebesar 4,25 persen dari jumlah total populasi provinsi ini. Artinya terdapat 180,130 masyarakat miskin di provinsi Bali dengan sebaran 96,890 masyarakat miskin di wilayah kota dan 83,230 di wilayah desa.

Pembangunan Bandara Bali Utara menurut Gubernur Bali I Made Mangku Pastika menjadi solusi konkrit ketimpangan antara kawasan Bali Selatan dan Bali Utara.

Menurut I Made keberadaan Bandara di Bali Utara sudah didambakan sejak lama dan telah tertuang dalam Perda Nomor 6 Tahun 2009. Pastika meyakini, kehadiran bandara baru akan membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar dan pembangunan daerah Bali secara keseluruhan. “Tak hanya dari segi pendapatan, kreatifitas masyarakat sekitar kawasan juga akan meningkat,” ujar I Made Mangku Pastika Gubernur Bali.

Pembangunan Bandara Buleleng sendiri sudah mendapatkan restu dari Presiden Joko Widodo,  melalui instruksi presiden dalam rapat terbatas 16 April 2018 yang lalu berkenaan dengan program kerja Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk segera dilakukan percepatan pembangunan.

Presiden Joko Widodo menilai Proyek Strategis Nasional (PSN) Bandara Buleleng di Bali Utara menjadi salah satu proyek pembangunan potensial di Bali Utara. Diharapkan pembangunan Bandara di Bali Utara meningkatkan nilai tambah perekonomian daerah dan harus mampu berintegrasi dengan pengembangan sektor-sektor unggulan yang dikembangkan masing-masing daerah sekaligus mengurangi ketimpangan dan kemiskinan di Bali secara keseluruhan.

Memang sampai saat ini pembangunan proyek Bandara Buleleng di Bali Utara masih belum dikerjakan. Pengerjaan masih belum dilakukan karena menunggu rekomendasi dari Kementerian Perhubungan sehubungan dengan lokasi yang cocok untuk pembangunan Bandara Buleleng.

Bandara Buleleng sendiri menjadi salah satu proyek konsorsium 16 Investor yang  tergabung dalam konsorsium bernama Kinessis Capital and Investment (KCNI) berasal dari Kanada, Amerika Serikat dan kawasan TImur Tengah dengan nilai investasi mencapai Rp 50 Triliun.