Optimisme Said Abdullah: Investasi Energi Hijau dan Pangan di Pusat Perhatian

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah memberikan pandangannya tentang potensi investasi energi hijau di tengah dinamika politik dan ketidakpastian global pada hari Rabu (24/01/24). Menurutnya, investasi pada sektor pangan dan energi hijau memiliki prospek yang lebih menjanjikan, didukung oleh kebijakan insentif perpajakan, bea masuk, dan kemudahan perizinan.

“Saya kira investasi pada sektor pangan dan energi hijau menjanjikan imbal hasil yang baik. Apalagi kedua sektor itu didukung penuh oleh kebijakan, seperti insentif perpajakan, bea masuk, dan kemudahan lainnya seperti perizinan,” ujar Said di Jakarta.

Optimisme Said tidak hanya terkait sektor tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa kandidat calon presiden dan wakil presiden yang terpilih nantinya akan memperkuat fokus kebijakan pada kedua sektor tersebut.

Namun, Said juga menyampaikan pandangan hati-hati terkait sektor di luar pangan dan energi hijau. Menurutnya, investasi pada sektor tersebut kemungkinan akan melambat pada tahun ini, terutama mengingat adanya pemilu yang membawa ketidakpastian bagi investor.

“Saya perkirakan, investor akan menunggu, setidaknya setahun setelah pilpres, artinya baru tahun 2025 mereka melihat perkembangan konsolidasi kekuasaan di pemerintahan dan DPR. Sepanjang konsolidasi kekuasaan hasil pemilu 2024 belum terjadi, saya kira investor akan lebih menahan diri,” ungkapnya.

Selain faktor politik dalam negeri, Said juga mengingatkan bahwa kondisi global yang penuh ketegangan, seperti konflik di Timur Tengah, perang Rusia dan Ukraina, serta ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat di Asia Timur, dapat mempengaruhi arus modal masuk dan investasi energi hijau ke Indonesia. Terlebih lagi, investor global cenderung memilih negara-negara konservatif dengan ekonomi yang lebih stabil.

Dalam konteks ini, Said berpendapat bahwa target investasi yang dicanangkan pemerintah untuk tahun 2024, yakni dari Rp1.400 triliun menjadi Rp1.617 triliun, mungkin tidak mudah dicapai. Faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan penting, bersama dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari target APBN 2024 yang disampaikan oleh Bank Dunia. Dengan tantangan yang ada, Said Abdullah menyimpulkan bahwa target investasi di tahun politik ini mungkin akan berat dan membutuhkan strategi yang matang.

Demikian informasi seputar pertumbuhan investasi energi hijau di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Helfordriver.Org.