Daya Tarik Investasi Hulu Migas Indonesia Menurun, Farm Out Jadi Pilihan

Investasi hulu migas di Indonesia mengalami penurunan daya tarik dalam lima tahun terakhir. Menurut Pri Agung Rakhmanto, ekonom energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute, hasil riset lembaga independen Fraser Institute menunjukkan bahwa skor Investment Attractiveness Index Indonesia hanya mencapai 45,17 pada tahun lalu.

Skor ini menempatkan Indonesia di peringkat 56 dari 86 negara, jauh menurun dari skor 73,09 pada tahun 2019 yang menempatkan Indonesia di posisi 27 dari 76 negara.

Pri Agung mengungkapkan bahwa faktor utama penyebab penurunan investasi hulu migas adalah ketidakpastian peraturan perundangan, termasuk pengaturan tata kelola. “Secara sumber daya migas, Indonesia kompetitif di kawasan Asia Pasifik. Namun, ketidakpastian hukum dan investasi membuat skor Indonesia relatif rendah,” ujarnya pada Selasa (23/7/2024).

Kondisi ini memicu sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk membuka peluang farm out di beberapa asetnya. “Dengan budget investasi yang terbatas, prioritas diberikan pada aset yang lebih kompetitif. Mubadala dan Petronas, misalnya, memiliki portofolio aset di seluruh dunia,” jelas Pri.

Beberapa perusahaan migas strategis seperti Petronas dan Mubadala Energy berencana melepas sebagian hak partisipasi (PI) atau melakukan farm-out di beberapa aset mereka. Misalnya, Petronas berencana melakukan divestasi pada Blok North Madura II dan Blok Bobara.

Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko pengembangan kedua lapangan tersebut. Saat ini, Petronas memiliki 100% kendali atas Blok Eksploitasi North Madura II di lepas pantai Jawa Timur dan Blok Eksplorasi Bobara di laut dalam Papua Barat.

Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara menyatakan bahwa divestasi sebagian PI ini bertujuan untuk berbagi risiko pengembangan lapangan dengan mengajak mitra baru. “Petronas akan mengurangi porsinya dengan mengajak partner lain untuk sharing knowledge,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat (19/7/2024).

Menurut Benny, divestasi semacam ini lazim dilakukan di industri hulu migas yang memiliki risiko tinggi. SKK Migas mencatat beberapa lapangan lain yang sedang dalam proses farm-out termasuk WK Akia dan WK Andaman I, serta beberapa lapangan eksploitasi seperti WK Raja/Pendopo, WK Pandan, WK Offshore Duyung, WK Tarakan Offshore, WK Ogan Komering, WK South East Madura, dan WK Brantas.

Benny juga menyampaikan bahwa SKK Migas terus menjaring mitra potensial baru untuk berinvestasi di lapangan migas Indonesia. Sejumlah perusahaan migas global kelas menengah telah menunjukkan minat untuk masuk ke pasar Indonesia. “Akan ada kesempatan bagi perusahaan lain untuk farm-in ke sana,” tambahnya.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi hulu migas di Indonesia harus terus dilakukan. Kepastian regulasi dan iklim investasi yang kondusif menjadi kunci utama agar Indonesia kembali menjadi tujuan investasi yang menarik di sektor hulu migas.

Demikian informasi seputar perkembangan penurunan investasi hulu migas di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Helfordriver.Org.