Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang Tahap II diproyeksikan akan ramah lingkungan, hal ini dikonfirmasi oleh pihak Kementerian ESDM. Penggunaan bahan bakar batu bara akan diganti menggunakan tenaga gas itulah yang disarankan oleh Kementerian ESDM.
PLTU Celukan Bawang terletak di Kabupaten Buleleng, tahun 2015 menjadi awal perjalanan PLTU Celukan Bawang resmi beroperasi tahap satu dengan kapasitas 3×142 megawatt (MW) dan digunakan sebagai sumber tenaga listrik di Bali.
PLTU Celukan Bawang I dibangun China Huadian Engineering Co Ltd (CHEC), Merryline International Pte Ltd, dan PT General Energi Indonesia (GEI).
Total investasi untuk pembangkit ini sekitar 700 juta dolar AS. PLTU Celukan Bawang I menggunakan batu bara sebanyak 5.200 ton per hari. Pemerintah berencana mengembangkan PLTU Celukan Bawang II dengan kapasitas lebih besar, 2×330 MW dan menggunakan bahan bakar gas agar ramah lingkungan.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan pembangkit listrik Celukan Bawang Tahap II memang sudah diproyeksikan untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan dan bisa dibilang masuk energy baru dan terbarukan (EBT). Hal ini tidak lain tidak bukan dikarenakan di Pulau Bali kebanyakan besar kegiatan ekonomi mengandalkan potensi alam sektor pariwisata.
“Tidak ada daerah pariwisata di dunia yang tak menggunakan EBT, sebab mereka harus menjaga kualitas udara,” kata Jonan.
Gubernur Bali Wayan Koster meminta pemerintah untuk mematuhi aturan yang berlaku di Bali. Jika pengembangan PLTU Celukan Bawang II masih berbahan bakar batu bara, maka pemerintah provinsi tak segan mencabut skemanya.
“Jika mau (dikembangkan), aturannya harus ikut kami. Jika tidak, silakan keluar,” kata Koster.
Pembakit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang memang menjadi salah satu pembabgkit listrik di Bali yang menjadi andalan ketenagalistrikan di Bali. Apalagi keperluan listrik di Bali dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, jika tidak diatasi secepat mungkin bukan tidak mungkin cadangan listrik di Bali akan terganggu dan secara tidak langsung akan berimbas kepada kegiatan ekonomi masyarakat di Bali.